WISE WORDS

WISE WORDS (KATA MUTIARA)

 

  1. “All that glitters is not gold.”

(Yang berkilauan bukan berarti selalu emas.)

 

  1. “If you cannot say good words of a person, don’t say bad ones.”

(Jika Anda tidak dapat berkata baik tentang diri seseorang, janganlah yang buruk Anda katakan.)

 

  1. “Love is beauty, but not every beauty have love.”

(Cinta itu indah, tetapi tidak selamanya keindahan mengandung cinta.)

 

  1. “Perhaps you hate something, while it’s good for you, and perhaps you love while it’s danger.”

(Mungkin kamu membenci sesuatu, sementara itu baik untukmu, dan mungkin kamu cinta sementara itu berbahaya.”

 

  1. “Have the conquest because increase a friend is more important than the conquest because have love from a woman.”

(Memiliki kemenangan karena bertambahnya seorang teman adalah lebih penting daripada memiliki kemenangan karena memiliki cinta dari seorang wanita.)

 

  1. “All the world is a stage.”

(Isi dunia ini adalah panggung sandiwara.)

 

  1. “A book is like a garden carried in the pocket.”

(Buku itu laksana kebun yang dapat dibawa-bawa dalam kantong.)

 

  1. “Lost time is never found.”

(Waktu yang hilang tak akan dapat ditemukan kembali.)

 

  1. “It matters not how long we live, but how we live.”

(Yang penting bukan berapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita hidup.)

 

  1. “Kindness is the nobiest weapon to conquer with.”

(Keramahan adalah senjata penakluk yang paling jujur.)

 

  1. “If you are going to a good turn, do it now. If you are going to do a mean turn, wait till tomorrow.”

(Jika Anda ingin berbuat baik, lakukan sekarang. Jika Anda ingin berbuat keji, tunggulah sampai besok.)

 

  1. “The brave man is not only the man who can fight his enemies, but also can fight this desire.”

(Orang pemberani bukan berarti dapat menaklukkan musuh-musuhnya, tetapi juga orang yang dapat mengalahkan keinginannya.)

 

  1. “You can’t spread your good character while you are dreaming, but you must build it.”

(Kamu tidak dapat mengembangkan kelakuan baikmu sambil berangan-angan, tetapi kamu harus membangunnya.)

 

  1. “If you experience defeat don’t desperate but take the experience to blaze your consciousness for combate.”

(Jika kamu mengalami kegagalan janganlah berputus asa tetapi gunakanlah pengalaman tersebut untuk menyalakan api semangat juangmu.)

 

  1. “A thing you don’t want is dear any price.”

(Barang yang tidak membuatmu tertarik selalu terasa mahal.)

 

  1. “A good neighbour is worth more than a far friend.”

(Tetangga yang baik lebih berharga daripada teman yang jauh.)

 

  1. “A good book is great friend.”

(Buku yang bermanfaat merupakan teman yang berarti.)

 

  1. “A good name is better than riches.”

(Nama yang harum lebih berharga dari kekayaan.)

 

  1. “A man becomes learned by asking question.”

(Dengan bertamya, orang akan lebih berpengetahuan.)

 

  1. “A good beginning is half battle.”

(Setengah pertempuran adalah permulan yang baik.)

 

  1. “A rolling stone gathers no moss.”

(Lumut tak akan terkumpul pada batu yang menggelinding.)

 

  1. “All wealth is the product of labour.”

(Kemakmuran adalah hasil dari jerih payah.)

 

  1. “A word one files everywhere.”

(Sekali ucapan keluar, ia akan menyebar kemana-mana.)

 

  1. “A help in sincerity is not a hope repay.”

(Pertolongan yang tulus tidak akan mengharapkan imbalan kembali.)

 

  1. “A good to obey we know how to command.”

(Nasehat yang baik adalah teladan yang baik.)

 

  1. “By learning to obey we know to command.”

(Dengan belajar kita mematuhi perintah, kita akan tahu cara memerintah.)

 

  1. “Better late than never.”

(Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.)

 

  1. “Early to bed and early rise makes a man healthy, wealthy and wise.”

(Cepat tidur, cepat bangun menjadikan orang sejati, makmur dan bijaksana.)

 

  1. “Where there’s a will, there’s a way.”

(Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan.)

 

  1. “Wealth does not always help to produce happiness.”

(Tak selamanya kekayaan itu membawa kebahagiaan.)

 

  1. “Not all probems can be solves merely by analysis.”

(Tak selamanya persoalan dapat diselesaikan dengan cara analisa.)

 

  1. “Happy is he who does good to other, and miserable is he who expects good from other.”

(Berbahagialah yang berbuat baik terhadap orang lain, dan malanglah yang mengharapkan kebaikan orang lain.)

 

  1. “Love make the weak man become strong and the strong man become weak.”

(Cinta membuat orang lemah menjadi kuat dan orang kuat menjadi lemah.)

 

  1. “Start your love with steadiness so that it can go on well.”

(Awali cintamu dengan kemantapan agar berjalan dengan menyenangkan.)

 

  1. “True love is love which only for two person, and no place for the third person.”

(Cinta sejati adalah cinta yang terdiri dari dua orang saja dan tak ada tempat bagi orang ketiga.)

 

  1. “Use your thought because it’s the proof of the life.”

(Gunakanlah pikiranmu, karena itu pula tanda kau hidup.)

  1. “It’s not an easy question to over come one.”

(Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menaklukkan diri sendiri.)

 

  1. “Think today and speak tomorrow.”

(Berpikirlah hari ini dan bicaralah besok.)

 

  1. “Take the place at your competency and do in conformity with the place that you set.”

(Ambilah tempat yang memang telah menjadi hakmu dan bekerjalah sesuai dengan tempat yang kamu duduki.)

 

  1. “What can be taken by man who is missing knowledge and I take with have good manners.”

(Apa yang dapat dicapai orang dengan ketinggian ilmunya dan saya dapatkan dengan kepandaian dalam bergaul.)

 

  1. “Don’t always longing for all happened in conformity with your desire.”

(Jangan selalu mengharapkan semua terjadi sesuai dengan sema yang kamu kehendaki.)

 

  1. “What which annoy your heart, don’t do it for the others.”

(Apa yang menyakiti hatimu janganlah kamu perbuat terhadap orang lain.)

 

  1. “If you see a great animated man, exert become like him and if you see a weak animated man, look over your own self.”

(Jika kamu melihat orang yang memiliki jiwa besar, pertimbangkanlah untuk menjadi seperti dia dan jika kamu melihat orang yang berjiwa lemah, periksalah dirimu sendiri.)

 

  1. “Study without think is the nil work and think without study is danger.”

(Belajar tanpa berpikir adalah pekerjaan yang sia-sia dan berpikir tanpa belajar adalah berbahaya.)

 

  1. “Do for everything, so that we can make possible for what impossible.”

(Berbuatlah untuk segala sesuatu, dengan begitu kita dapat membuat sesuatu yang mungkin untuk apa yang tidak mungkin.)

 

  1. “Say yes if your heart saying yes, don’t say no if your heart saying yes because that means you laying yourself.”

(Katakan ya jika hatimu mengatakan ya, jangan katakan tidak jika hatimu mengatakan ya karena berarti kamu membohongi dirimu sendiri.)

 

  1. “The brave man is man who speak the truth if it’s truth.”

(Orang yang berani adalah orang yang mengatakan benar jika itu benar.)

 

  1. “The courage is not come from another man or anything else, but the courage come from ourself.”

(Keberanian bukan datang dari orang lain atau segala sesuatu, tetapi keberanian berasal dari diri sendiri.)

 

  1. “When you reached make honesty for others, before it you must honest with your own self.”

(Ketika kamu ingin membuat kejujuran pada orang lain, sebelum itu kamu harus jujur kepada dirimu sendiri.)

 

  1. “When you meet a man who feign not to know about love, you must attentive because he is the man who has known much about curve of love.”

(Ketika kamu menjumpai orang yang berlagak pura-pura tidak mengetahui tentang cinta, kamu harus berhati-hati karena dia adalah orang yang tahu banyak tentang lika-liku dari cinta.)

CONTOH MAKALAH KARYA TULIS (LANJUTAN 3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

3.1 Tujuan Penelitian

Karya tulis ini dibuat bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional I.

 

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional I ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 – selesai. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Nasional I.

 

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dan pengamatan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada siswi SMA Nasional I. Dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan berbagai informasi yang berhubungan dengan penelitian, baik melalui media cetak seperti buku, majalah, maupun dari media elektronik seperti internet dan pengumpulan data dari kuesioner yang disebarkan.

 

3.4 Fokus Penelitian

Penelitian ini hanya difokuskan ada tidaknya pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional I. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis melakukan pengamatan terhadap sampel yang diambil secara acak.

 

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswi SMA Nasional I. Lokasi sampel ini di sekitar lingkungan SMA Nasional I.

Adapun siswi yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah siswi SMA Nasional I sebanyak 23 orang.

 

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini penulis sendiri dan dibantu oleh tabel yang akan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional I. Adapun aspek yang akan dianalisis sebagai berikut.

3.6.1 Tabel Penelitian pada Motif Budaya

NO NAMA KELAS MOTIF BUDAYA DESKRIPSI
ETIKA ESTETIKA BAHASA
             
             
             
             
             

3.6.2 Tabel Penelitian pada Motif Mode Pakaian

NO NAMA KELAS MOTIF MODE PAKAIAN DESKRIPSI
TERTARIK BIASA SAJA TIDAK TERTARIK
             
             
             
             

 

3.7 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

  1. Menentukan objek penelitian, yaitu siswi SMA Nasional I
  2. Membuat kuesioner yang terdiri dari dua jenis angket, yaitu :
  3. Angket tertutup sebanyak 20 pertanyaan
  4. Angket terbuka sebanyak 3 pertanyaan
  5. Mengambil beberapa sampel siswi SMA Nasional I
  6. Membagikan kuesioner kepada siswi SMA Nasional I yang dijadikan sampel ke 23 orang
  7. Mengambil kuesioner yang sudah diisi oleh sampel
  8. Menganalisis dari hasil kuesioner yang didapatkan dari sampel pada penelitian ini.
  9. Mencatat semua hasil analisis ke dalam tabel
  10. Interpretasi data

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

 

4.1 Deskripsi dan Interpretasi Data

Deskripsi data pada penelitian ini meliputi hasil penelitian pada pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional I. Berikut adalah tabel hasil penelitian yang telah dilakukan.

 

Tabel hasil penelitian

Tabel  4.1.1 Aspek Motif  Budaya

NO NAMA KELAS   MOTIF BUDAYA DESKRIPSI
      ETIKA ESTETIKA BAHASA  
1 Salsabila Naqiyah XII – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
2 Nurhudaya Dwi A. XII – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
3 Monica Danti XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
4 Atikah Dwi Arini XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
5 Lea Dara Rendha XII – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
6 Darra Fakhriyani XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
7 Mutiara Pranita S. XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
8 Sabila Chaulea XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
9 Anisa Cipta M. XII – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
10 Heni Sundari XII – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
11 Fadhilah H. XI – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
12 Irma Mutia XI – IPS Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
13 Na Basa XI – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
14 Sarah Nur H. XI – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
15 Jocy P. XI – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
16 Diana Fatin U. XI – IPA Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
17 Anissah S. X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
18 Anindya S. X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
19 Sheila Nur A. X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
20 Shavira Andini X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
21 Jardine Pradita X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
22 Mayang Sari Dewi X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari
23 Savira Permata I. X Dipengaruhi oleh nilai
            nilai estetikanya seperti musik,
            drama dan seni tari

 

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1.1 di atas, aspek yang diamati adalah motif budaya. Dari hasil data yang diperoleh setelah melakukan penelitian terhadap sampel, yaitu siswi SMA Nasional I, maka dapat disimpulkan bahwa dari 23 sampel penelitian, rata-rata siswi SMA Nasional I tertarik dengan mode pakaian melalui nilai estetikanya. Nilai estetika berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dilihat lebih jelas ada diagram di bawah ini.

Berdasarkan pada diagram di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 0% dari 23 sampel penelitian menyatakan bahwa etika tidak mempengaruhi terhadap mode pakaian. Sedangkan sebanyak 100% dari 23 sampel penelitian menyatakan bahwa estetika mempengaruhi terhadap mode pakaian. Dan sebanyak 0% dari 23 sampel penelitian menyatakan bahwa bahasa tidak mempengaruhi terhadap mode pakaian.

 

Tabel 4.1.2 Aspek Motif Mode Pakaian

       

MOTIF MODE PAKAIAN

 

 
NO NAMA KELAS TERTARIK BIASA TIDAK DESKRIPSI
      SAJA TERTARIK  
1 Salsabila Naqiyah XII – IPA Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
2 Nurhudaya Dwi A. XII – IPA        √ Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
3 Monica Danti XII – IPS Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
4 Atikah Dwi Arini XII – IPS Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
5 Lea Dara Rendha XII – IPA Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
6 Darra Fakhriyani XII – IPS Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
7 Mutiara Pranita S. XII – IPS Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
8 Sabila Chaulea XII – IPS Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
9 Anisa Cipta M. XII – IPA Tertarik dengan mode pakaian
            mode pakaian Korea
10 Heni Sundari XII – IPS Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
11 Fadhilah H. XI – IPS Tidak tertarik dengan mode
            pakaian Korea
12 Irma Mutia XI – IPS Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
13 Na Basa XI – IPA Tidak tertarik dengan mode
            pakaian Korea
14 Sarah Nur H. XI – IPA Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
15 Jocy P. XI – IPA Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
16 Diana Fatin U. XI – IPA Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
17 Anissah S. X Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
18 Anindya S. X Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
19 Sheila Nur A. X Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
20 Shavira Andini X Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
21 Jardine Pradita X Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea
22 Mayang Sari Dewi X Tertarik dengan mode pakaian
            Korea
23 Savira Permata I. X Tidak terlalu tertarik dengan
            mode pakaian Korea

 

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1.2 di atas, aspek yang diamati adalah motif mode pakaian. Dari hasil data yang diperoleh setelah melakukan penelitian terhadap sampel, yaitu siswi SMA Nasional I, maka dapat disimpulkan bahwa dari 23 sampel penelitian, ada beberapa yang tertarik dengan mode pakaian Korea dan ada juga yang tidak terlalu tertarik dengan mode pakaian Korea. Siswi SMA Nasional I rata-rata tertarik dengan mode pakaian karena drama televise dan film yang ditayangkan. Hasil penelitian ini dapat dilihat lebih jelas ada diagram di bawah ini.

Berdasarkan pada diagram di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 52% dari 23 sampel siswi SMA Nasional I tertarik dengan mode pakaian Korea karena mereka tertarik dengan model bajunya yang ditayangkan pada drama dan film Korea. Sedangkan sebanyak 40% dari 23 sampel siswi SMA Nasional I bersikap biasa saja atau tidak terlalu tertarik dengan mode pakaian Korea karena mereka hanya suka dengan cerita yang ada dramanya dan tidak terlalu memperhatikan mode pakaian yang terdapat di drama tersebut. Sebanyak 8% dari 23 sampel siswi SMA Nasional I tidak tertarik dengan mode pakaian Korea karena mereka hanya tertarik dengan cerita yang ada di dramanya.

 

4.2 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dialami penulis pada saat pengerjaan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

  1. Dana

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini, masih adanya keterbatasan dana dikarenakan penulis masih mengandalkan dana dari orang tua.

  1. Waktu

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis masih adanya keterbatasan waktu dikarenakan penulis lebih memfokuskan diri pada Ujian Nasional dan kegiatan sekolah lainnya.

  1. Pengetahuan

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari masih adanya keterbatasan pengetahuan pada diri penulis dikarenakan penulis kurang banyak mencari informasi dari berbagai media.

  1. Pengalaman

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis kurang berpengalaman dalam membuat karya tulis ilmiah ini dikarenakan karya tulis ilmiah ini merupakan pengalaman pertama bagi penulis.

 

BAB V

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Budaya pop Korea adalah budaya massa yang dapat diterima oleh semua kalangan dan berkemban melampaui batas negara. Budaya pop Korea ini bukanlah budaya asli Korea yang bersifat tradisional, melainkan budaya yang diciptakan sesuai dengan arah selera pasar.
  2. Budaya pop Korea dapat mempengaruhi remaja siswi SMA Nasional I terutama terhadap gaya berpakaiannya. Mereka tertarik dengan mode pakaian Korea dikarenakan mereka menonton drama Korea yang terkadang ditayangkan di televisi Indonesia.
  3. Rata-rata remaja siswi SMA Nasional I tertarik dengan gaya berpakaian Korea dikarenakan mereka tertarik dengan model dan motif pakaiannya.
  4. Budaya pop Korea dapat menimbulkan dampak yang positif, seperti remaja siswi yang menyukai budaya pop Korea menjadikan hal tersebut untuk acuan mereka dalam hal pembelajaran. Tetapi budaya pop Korea juga memiliki dampak negatifnya, seperti menjadikan remaja sedikit melupakan kebudayaannya sendiri.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

  1. Bagi remaja yang menyukai budaya pop Korea, jangan terlalu bersikap berlebihan dengan budaya Korea. Boleh menyukai budaya lain asalkan tetap mencintai budaya Indonesia.
  2. Bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hendaknya menjadi wadah untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan asli Indonesia.
  3. Sesuaikanlah cara berpakaiannya sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia

Kurniawan, Benny. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Tangerang Selatan: Jelajah Nusa

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suparto. 1985. Sosiologi dan Antropologi SMA Kelas II Semester 3-4 Program Ilmu-Ilmu Sosial  dan Pengetahuan Budaya. Bandung: Armico

http://softskillgundar.blogspot.com/2012/03/akulturasi-kebudayaan.html

http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/akulturasi-kebudayaan.html

http://scribd.com

http://id.wikipedia.org/wiki/koreanwave

http://zulhasni.wordpress.com/2012/09/23/hakikat-remaja-dan-perkembangannya

http://fery-dedi.blogspot.com/2012/11/budaya-pop-modern-korea-di-dunia.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian

 

 

 

 

CONTOH MAKALAH KARYA TULIS (LANJUTAN 2)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

 

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Remaja

2.1.1.1 Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi seorang anak menuju kedewasaan. Pada masa remaja juga dianggap sebagai masa topan-badai dan stress, karena mereka memiliki keinginan bebas dan menetukan nasib mereka sendiri. Pada masa ini, mereka tidak mau dianggap sebagai anak kecil lagi karena mereka menganggap mereka berada dalam tingkatan yang sama dengan orang dewasa, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti   tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence juga memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, sosial, emosional, dan fisik.[1] Proses perkembangan psikis remaja dimulai antara usia 12 – 22 tahun. Remaja digolongkan menjadi 3 tahapan, yaitu :1) remaja awal (usia 13 – 14 tahun), 2) remaja tengah (usia 15 – 17 tahun), dan 3) remaja akhir (usia 18 – 21 tahun).[2]

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang usia antara 12 – 21 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan, baik secara fisik maupun psikologis.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

Seorang individu yang baru beranjak menjadi remaja pasti melewati beberapa aspek perubahan diri sendiri yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja tersebut. Aspek-aspek perubahan yang dialami setiap individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya.

Menurut pandangan Gunarsa (1991) bahwa secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi), yaitu sebagai berikut :

  1. Faktor Endogen (Nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya. Jika kondisi individu dalam keadaan normal, berarti ia berasal dari keturunan yang normal juga yaitu tidak memiliki gangguan atau penyakit. Hal ini dapat dipastikan orang tersebut akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal. Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis atau psikososialnya. Kondisi fisik, psikis, atau mental yang sehat, normal, dan baik menjadi predisposisi bagi perkembangan berikutnya. Hal tersebut menjadi modal bagi individu agar mampu mengembangkan kompetensi kognitif, afektif maupun kepribadian dalam proses penyesuaian diri (adjustment) di lingkungan hidupnya.

 

  1. Faktor Eksogen (Nurture)

Perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini di antaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan di mana seseorang mengadakan relasi atau interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa keluarga, tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya.

 

  1. Interaksi antara Endogen dan Eksogen

Faktor antara endogen dan eksogen saling berpengaruh sehingga terjadi interaksi antara faktor internal maupun eksternal yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Sebaiknya dalam memandang dan memprediksi perkembangan seseorang harus melibatkan kedua faktor tersebut secara utuh (holistik, integratif, dan komprehensif) dan bukan partial (sebagian saja).[3]

 

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa, faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan diri seorang remaja tersebut ada tiga, yaitu : 1) faktor endogen, 2) faktor eksogen, dan 3) interaksi antara endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah faktor yang mempengaruhi perubahan fisik maupun psikis pada remaja melalui faktor internalnya yang bersifat herediter.  Selain faktor endogen, remaja juga dipengaruhi faktor eksogennya, yaitu faktor yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan individu yang berasal dari luar diri individu itu sendiri, di antaranya berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor selain endogen dan eksogen adalah interaksi antara faktor endogen dan faktor eksogen. Pada faktor ini dijelaskan bahwa kedua faktor tersebut saling berpengaruh sehingga terjadi interaksi antara faktor internal dan eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu.

 

2.1.2 Hakikat Globalisasi

2.1.2.1 Pengertian Globalisasi

Di era globalisasi bangsa-bangsa di dunia tidak dapat menutup diri dari pergaulan dengan bangsa-bangsa lain. Pergaulan tersebut membawa pengaruh bagi bangsa yang saling berinteraksi satu sama lain. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak.[4] Globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komuniasi dunia. Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Terdapat masyarakat yang dapat menerima globalisasi dan terdapat juga masyrakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi.

Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:

  1. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan
  2. Lembaga keagamaan
  3. Industri internasional dan lembaga perdagangan
  4. Wisata mancanegara
  5. Saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional
  6. Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional
  7. Lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler[5]

 

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak. Globalisasi terjadi dapat melalui berbagai media atau saluran, salah satunya adalah lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.

2.1.2.2 Dampak Globalisasi terhadap Perubahan Sosial dan Budaya

Globalisasi dapat menimbulkan dampak terhadap perubahan sosial dan budaya. Dampak tersebut dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif. Berikut dampak-dampak yang ditimbulkan.

  1. Dampak Positif

 

  1. Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semual irasional menjadi rasional.

 

  1. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktifitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.

 

  1. Tingkat Kehidupan yang Lebih Baik

Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.

 

  1. Dampak Negatif

 

  1. Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyaarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.

 

  1. Sikap Indivualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktifitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah mahluk sosial.

 

  1. Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.

 

  1. Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus globalisasi, maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dangan individu yang stagnan.[6]

 

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa dampak positif yang ditimbulkan, di antaranya : 1)Perubahan tata nilai dan sikap, 2)Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 3)Tingkat kehidupan yang lebih baik, dan dampak negatif yang ditimbulkan, di antaranya : 1)Pola hidup Konsumtif, 2)Sikap Individualistik, 3)Gaya hidup kebarat-baratan, dan 4)Kesenjangan Sosial.

2.1.3 Hakikat Kebudayaan

2.1.3.1 Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan yang berasal dari kata Latin, yaitu Colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.[7]

 

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dapat diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Budaya bersifat abstrak, kompleks, dan luas. Banyak aspek budaya yang turut menentukan perilaku komunikatif.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan debgan masyarakat. Melvile J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.[8]

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh  kebudayan yang dimiliki oleh masyarakat.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

 

2.1.3.2 Unsur-Unsur Budaya

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Pada diri manusia terdapat unsur-unsur budaya seperti :

  1. Pikiran (Cipta)

Kemampuan akal pikiran yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan akal pikirannya, manusia selalu mencari, mencoba menyelidiki, dan kemudian menemukan sesuatu yang baru.

 

  1. Rasa

Dengan panca inderanya, manusia dapat mengembangkan rasa estetika (rasa indah) dan ini menimbulkan karya-karya seni.

 

  1. Kehendak (Karsa)

Manusia selalu menghendaki akan kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kesusilaan[9]

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur potensi budaya ada 3, yaitu pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa).

Dengan potensi akal pikr (cipta), rasa, dan karsa itulah manusia dapat berbudaya. Di samping ketiga unsur tersebut, Melvile J. Herskovits mengemukakan unsur-unsur kebudayaan yang lain, yaitu :

  1. Alat-Alat Teknologi
  2. Sistem Ekonomi
  3. Keluarga
  4. Kekuasaan Politik[10]

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan menurut Melvile J. Herskovits unsur-unsur kebudayaan ada 4 unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.

Selain Melvile J. Herkovits, yang mengemukakan 4 unsur pokok kebudayaan, Bronislaw Malinowski juga mengatakan terdapat 4 unsur pokok kebudayaan yang meliputi :

  1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
  2. Organisasi ekonomi.
  3. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah tempat pendidikan utama).
  4. Organisasi kekuatan (politik).

 

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Bronislaw Malinoski terdapat 4 unsur pokok kebudayaan, di antaranya : 1)sistem norma sosial, 2)organisasi ekonomi, 3)lembaga pendidikan, dan 4)organisasi politik.

2.1.3.3 Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :

  1. Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis wwrga masyarakat.

 

  1. Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem soaial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

 

  1. Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilhat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.[11]

 

Berdasakan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kebudayaan terdapat tiga komponen kebudayaan, yaitu gagasan (wujud ideal), aktivitas (tindakan), dan artefak (karya).

 

2.1.3.4 Komponen Kebudayaan

Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

  1. Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

 

  1. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

 

  1. Lembaga Sosial

Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat.

 

  1. Sistem Kepercayaan

Bagaiman masyarakat mengembangkan dan membangun sistem kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

 

  1. Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia, setiap masyarakatnya memiliki nilai estetikanya sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.

 

  1. Bahasa

Bahasa merupakan alat pengantar dalm berkomunikasi. Bahasa untuk setiap wilayah, bagian, dan Negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks. Dalam ilmu komunikasi, bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sudut unik dan kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi, keunikan dan kekompleksan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.[12]

 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen kebudayaan memiliki enam komponen atau elemen, yaitu kebudayaan material, kebudayaan nonmaterial, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.

 

2.1.3.5 Akulturasi Budaya

Akulturasi budaya merupakan perpaduaan antara dua kebudayaan atau lebih akibat interaksi yang terjadi antara sekelompok masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu, dengan kelompok masyarakat lain yang memililiki kebudayaan berbeda, dari sanalah terjadi perubahan pola kebudayaan yang original. Namun, tidak menyebabkan hilangnya unsur kedua kebudayaan tersebut.[13]

 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa akulturasi budaya adalah perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih akibat interaksi yang terjadi tanpa menghilangkan unsur kebudayaan tersebut.

 

Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan).

Akulturasi budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan kebudayaan komunitas masyarakat lain. Adapun  penyebab terjadinya akulturasi budaya, antara lain :

  1. Bertambahnya dan berkurangnya jumlah penduduk yang ada di setiap negara,
  2. Adanya revolusi yang terlalu cepat,
  3. Masalah yang timbul antar masyarakat,
  4. Adanya perubahan alam atau siklus,
  5. Adanya peperangan,
  6. Adanya pengaruh budaya dari kebudayaan asing atau luar.[14]

 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa akulturasi dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang yang dapat terjadinya akulturasi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lain.

Proses akulturasi kebudayaan terjadi apabila suatu masyarakat atau kebudayaan dihadapkan pada unsur-unsur budaya asing. Proses akulturasi kebudayaan bisa tersebar melalui penjajahan dan media massa. Pada saat ini, media massa seperti televisi, surat kabar, dan internet menjadi sarana akulturasi budaya asing di dalam masyarakat. Melalui media massa tersebut, unsur budaya asing berupa mode pakaian, peralatan hidup, gaya hidup, dan makanan semakin cepat tersebar dan mampu mengubah perilaku masyarakat. Misalnya, mode rambut dan pakaian dari luar negeri yang banyak ditiru oleh masyarakat. Namun, dalam proses akulturasi tidak selalu terjadi pergeseran budaya lokal akibat pengaruh budaya asing.

Proses akulturasi berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal itu disebabkan adanya unsur-unsur budaya asing yang diserap secara selektif dan ada unsur-unsur budaya yang ditolak sehingga proses perubahan kebudayaan melalui akulturasi masih mengandung unsur-unsur budaya lokal yang asli.[15]

 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses akulturasi berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama dikarenakan adanya unsur-unsur budaya asing yang diserap secara selektif sehingga tidak menghilangkan unsur-unsur budaya lokal asli.

Berkaitan dengan proses akulturasi, terdapat terdapat beberapa unsur-unsur yang terjadi dalam proses akulturasi, antara lain :

  1. Substitusi
    Substitusi adalah pengantian unsur kebudayaan yang lama diganti dengan unsur kebudayaan baru yang lebih bermanfaat untuk kehidupan masyarakat. Misalnya, sistem komunikasi tradisional melalui kentongan atau bedug diganti dengan telepon, radio komunikasi, atau pengeras suara.

    b. Sinkretisme
    Sinkretisme adalah percampuran unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga membentuk sistem budaya baru. Misalnya, percampuran antara sistem religi masyarakat tradisional di Jawa dan ajaran Hindu-Buddha dengan unsur-unsur ajaran agama Islam yang menghasilkan sistem kepercayaan kejawen.

    c. Adisi
    Adisi adalah perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Misalnya, beroperasinya alat transportasi kendaraan angkutan bermotor untuk melengkapi alat transportasi tradisional seperti cidomo (cikar, dokar, bemo) yang menggunakan roda mobil di daerah Lombok.

    d. Dekulturasi
    Dekulturasi adalah proses hilangnya unsur-unsur kebudayaan yang lama digantikan dengan unsur kebudayaan baru. Misalnya, penggunaan mesin penggilingan padi untuk mengantikan penggunaan lesung dan alu untuk menumbuk padi.

    e. Originasi
    Originasi adalah masuknya unsur budaya yang sama sekali baru dan tidak dikenal sehingga menimbulkan perubahan social budaya dalam masyarakat. Misalnya, masuknya teknologi listrik ke pedesaan. Masuknya teknologi listrik ke pedesaan menyebabkan perubahan perilaku masyarakat pedesaan akibat pengaruh informasi yang disiarkan media elektronik seperti televisi dan radio. Masuknya berbagai informasi melalui media massa tersebut mampu mengubah pola pikir masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan hiburan dalam masyarakat pedesaan. Dalam bidang pendidikan, masyarakat menjadi sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat menjadi sadar pentingnya kesehatan dalam kehidupan masyarakat, seperti, kebersihan lingkungan, pencegahan penyakit menular dan perawatan kesehatan ibu dan anak untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, serta peningkatan kualitas gizi masyarakat. Dalam bidang perekonomian, masyarakat pedesaan menjadi semakin memahami adanya peluang pemasaran produk-produk pertanian ke luar daerah.

    f. Rejeksi
    Rejeksi adalah proses penolakan yang muncul sebagai akibat proses perubahan sosial yang sangat cepat sehingga menimbulkan dampak negatif bagi sebagian anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan.[16]

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya akulturasi mengandung unsur-unsur, di antaranya ada substitusi, sinkretisme, adisi, dekulturasi, originasi, dan rejeksi.

Dalam proses akulturasi juga terdapat bentuk kontak kebudayaan yang menimbulkan proses tersebut, antara lain :

  1. Kontak kebudayaan dapat terjadi pada seluruh, sebagian, atau antarindividu dalam masyarakat.
  2. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang memiliki jumlah yang sama atau berbeda.
  3. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara kebudayaan maju dan tradisional.
  4. Kontak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai, baik secara politik maupun ekonomi.[17]

 

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kontak kebudayaan yang terjadi dalam proses akulturasi ada empat, di antaranya : 1)dapat terjadi seluruh, sebagian, seluruh, atau antarindividu dalam masyarakat, 2)dapat terjadi antara masyarakat yang memiliki jumlah yang sama atau berbeda, 3)dapat terjadi antara kebudayaan maju dengan tradisional, dan 4)dapat terjadi antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai.

 

2.1.4 Hakikat Budaya Pop

2.1.4.1 Pengertian Budaya Pop

Budaya populer atau yang lebih dikenal dengan budaya pop merupakan budaya yang ringan, menyenangkan, trendy, banyak disukai dan cepat berganti. Supaya menjadi budaya populer, sebuah komoditas budaya harus dapat melahirkan ketertarikan pada banyak orang karena budaya pop bukan sekadar barang konsumsi, melainkan sebuah budaya.[18]

Hollyday mengemukakan terdapat empat karakteristik budaya populer, diantaranya :

  1. Diproduksi oleh industri budaya
  2. Cenderung berlawanan dengan folk culture (warisan budaya tradisional yang sifatnya berorientasi ritual dan non komersial)
  3. Keberadaannya diterima di mana-mana
  4. Memenuhi fungsi sosial

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat karakteristik pada budaya populer.

Budaya populer ini berperan besar dalam mempengaruhi pemikiran seseorang dalam memahami orang atau kelompok lain karena budaya pop merupakan budaya yang dapat diterima oleh semua kalangan.

Kehadiran budaya pop tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan pembangunan pada abad ke-19 dan abad ke-20. Pada abad ke-19, pembangunan aspek meia massa, khususnya surat kabar dan novel, menjadikan masyarakat dari suatu negara dapat mengakses trend kultur dari negara lain tanpa ada jarak. Memasuki abad ke-20, penemuan radio, televisi, dan komputer juga turut berperan dalam penyebaran trend kultur dari satu negara ke negara lain.

Budaya pop adalah budaya otentik “rakyat” yang kemudian berkembang menjadi sebuah budaya yang populer di tengah masyarakat. Namun, seiring perkembangan masayarakat industri, budaya pop sekarang dipandang sebagai budaya massa.

Budaya massa mulai banyak menarik perhatian teoritikus sejak tahun 1920 dimana pada tahun tersebut mulai bermunculan sinema dan radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme, dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat.[19]

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya pop adalah budaya massa yang berkembang di tengah masyarskat industri.

2.1.4.2 Budaya Pop Korea

Kajian tentang budaya populer awalnya tidak dapat dipisahkan dari peran Amerika Serikat dalam memproduksi dan menyebarkan budaya populer. Namun, perkembangan selanjutnya memunculkan negara-negara lain yang juga berhasil menjadi pusat budaya populer seperti Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan.

Sebelum Korea Selatan, Jepang sudah lebih dulu memproduksi dan menyebarkan budaya pop ke berbagai negara melalui manga (komik Jepang), anime (film animasi), fashion, music, dan drama Jepang (dorama). Setelah Jepang, menyusul Korea Selatan yang berhasil melakukan penyebaran budaya populer dalam bentuk hiburan. Amerika Serikat sebagai asal budaya pop juga mendapat pengaruh penyebaran budaya op Korea tersebut.

Proses penyebaran budaya Korea di dunia dikenal dengan istilah Hallyu atau Korean Wave. Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia. Pada umumnya Hallyu mendorong masyarakat penerima untuk mempelajari bahasa Korea dan kebudayaan Korea.[20]

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Hallyu atau Korean Wave adalah istilah yang diberikan untuk proses penyebaran budaya Korea di dunia.

2.1.4.3 Budaya Pop Korea di Indonesia

Budaya populer yang dibawa Korea dan berkembang di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berada dalam dimensi konkret yang terwujud dalam artefak-artefak budaya seperti lagu, drama, film, program televisi, makanan, dan bahasa. Budaya pop Korea yang diterima kelompok penggemar di Indonesia masih terbatas pada dimensi konkret, yaitu penerimaan terhadap lagu, film, drama, fashion, dan artis-artis Korea.

Dengan demikian, berkembangnya budaya pop Korea di Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi komunikasi dan budaya. Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya proses mengkreasikan, menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran serta ketergantungan informasi dalam dunia hiburan.

Banyak dari remaja di Indonesia karena tertarik dengan film atau drama Korea yang ditayangkan. Film Korea dan drama Korea terkenal dengan ceritanya yang romantis, imajinasi yang indah, dan karakter pemain yang khas, serta pemeran utama yang cantik dan tampan sehingga mudah diterima dan disukai oleh siapa saja. Hal ini merupakan daya tarik film Korea yang sangat kuat bagi penonton, sehingga film-film korea mudah untuk segera populer di seluruh dunia.

Dari film-film inilah budaya Korea diperkenalkan. Mulai dari cara berpakaian, makanan, cara berbicara, dan etika orang Korea. Tidak heran apabila makanan Korea ikut menjadi fashion dan trend. Sehingga munculah anggapan bahwa memakai busana fashion Korea, berbicara dengan gaya Korea, dan makan makanan Korea adalah trend. Dan trend tersebut seolah tidak mampu ditolak oleh mereka para penggemar Korea. [21]
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui film atau drama yang ditayangkan, budaya Korea seperti cara berpakaian, cara berpakaian, dan etika orang Korea mulai diperkenalkan.

 

2.1.5 Hakikat Pakaian

2.1.5.1 Pengertian Pakaian

Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun, seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya.

Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman.

2.1.5.2 Fungsi Pakaian

Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting.

Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari.[22] Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker.

 

[1] http://zulhasni.wordpress.com/2012/09/23/hakikat-remaja-dan-perkembangannya (diakses 19 Januari 2013)

[2]Agus Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. hlm. 13.

[3] Ibid., hlm. 14-15

[4] Benny Kurniawan. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Tangerang Selatan: Jelajah Nusa. hlm. 106

[5]Ibid., hlm. 106-107

[6]Ibid., hlm. 108-109

[7]Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm. 150

[8] Benny Kurniawan. Op. Cit. hlm. 2

[9]Suparto. 1985. Sosiologi dan Antropologi SMA Kelas II Semester 3-4 Program Ilmu-Ilmu Sosial dan Pengetahuan Budaya. Bandung: Armico

[10]Benny Kurniawan. Op. Cit. hlm. 3

[11]Ibid., hlm. 4

[12]Ibid., hlm. 5-6

[13]http://softskillgundar.blogspot.com/2012/03/akulturasi-kebudayaan.html (diakses 6 Januari 2013)

[14] Ibid

[15] http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/akulturasi-kebudayaan.html (diakses 19 Januari 2013)

[16] Ibid

[17]Ibid

[18] http://scribd.com (diakses 19 Januari 2013)

[19] Ibid

[20] http://id.wikipedia.org/wiki/koreanwave (diakses 19 Januari 2013)

[21] http://fery-dedi.blogspot.com/2012/11/budaya-pop-modern-korea-di-dunia.html (diakses 20 Januari 2013)

[22] http://id.wikipedia.org/wiki/Pakaian (diakses 20 Januari 2013)

 

BERSAMBUNG……………

CONTOH MAKALAH KARYA TULIS

Pengaruh Budaya Pop Korea Pada Drama Televisi dan Film Terhadap Mode Pakaian Remaja Siswi SMA Nasional I

Annisa Damayanti Puspitasari

 

 

 

Karya Tulis Ini Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mengikuti Ujian Praktik Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

 

Tahun Pelajaran 2012-2013

 

Lembaga Pendidikan Nasional I

SMA Nasional I

  1. Raya Bojong Nangka II/38 Pondok Melati 17414 Bekasi

 

Februari 2013

 

ABSTRAK

Annisa Damayanti Puspitasari. Pengaruh Budaya Pop Korea pada Drama Televisi dan Film Terhadap Mode Pakaian Remaja Siswi SMA Nasional I. Karya Tulis. Bekasi: Bahasa dan Sastra Indonesia, SMA Nasional I, Februari 2013.

Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia, antara lain pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Kebudayaan bersifat dinamis dan selalu berubah seiring perkembangan zaman. Perubahan kebudayaan ini telah terjadi sejak zaman prasejarah, yaitu berubahnya pola hidup berburu dan meramu menjadi pola hidup bercocok tanam tingkat lanjut.

Perubahan kebudayaan tidak dapat di hindari karena hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Budaya asing dapat masuk ke Indonesia sewaktu-waktu sehingga membuat perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku, sampai pola hidup masyarakat. Budaya asing yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan di Indonesia salah satunya adalah budaya Korea. Budaya Korea yang masuk dapat melewati berbagai macam sektor termasuk dalam hal cara berpakaian.

Penelitian tentang “Pengaruh Budaya Pop Korea pada Drama Televisi dan Film Terhadap Mode Pakaian Remaja Siswi SMA Nasional I” bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya pop Korea pada drama televisi dan film terhadap mode pakaian remaja siswi SMA Nasional. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Januari sampai Februari 2013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dan pengamatan. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada siswi SMA Nasional I. Objek penelitian yang digunakan adalah remaja siswi SMA Nasional I. Penelitian ini berfokus pada pengaruh gaya berpakaian remaja siswi SMA Nasional I.

Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa banyak remaja siswi SMA Nasional I yang menyukai mode pakaian Korea dikarenakan remaja tersebut menyukai dari model pakaiannnya, motif pakaiannya, dan juga karena remaja tersebut melihat pakaian tersebut dari drama atau film yang ditayangkan.

Dari kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan kepada remaja siswi SMA Nasional I untuk dapat menyesuaikan berpakaian yang cocok dengan budaya Indonesia.

 

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…………………………………………………………… i

Abstrak………………………………………………………………………….. ii

Kata Pengantar…………………………………………………………………iii

Daftar Isi ………………………………………………………………………..vi

BAB I PENDAHULUAN.. ……………………………………………………….1

1.1      Latar Belakang…………………………………………………………….1

1.2      Identifikasi Masalah…………………………………………………….4

1.3      Perumusan Masalah…………………………………………………….5

1.4      Pembatasan Masalah……………………………………………………5

1.5      Kegunaan Penelitian…………………………………………………….5

BAB II LANDASAN TEORI dan KERANGKA BERPIKIR…………………….6

2.1 Landasan Teori ………………………………………………………………6

2.1.1 Hakikat Remaja……………………………………………………………6

2.1.1.1 Pengertian Remaja………………………………………………………………….6

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja .7

2.1.2 Hakikat Globalisasi ……………………………………………………9

2.1.2.1 Pengertian Globalisasi ………………………………………………9

2.1.2.2 Dampak Globalisasi Terhadap Perubahan Sosial dan Budaya. 10

2.1.3 Hakikat Kebudayaan ……………………………………………………………….12

2.1.3.1 Pengertian Kebudayaan …………………………………………………..…12

2.1.3.2 Unsur-Unsur Budaya …………………………………………………….……13

2.1.3.3 Wujud Kebudayaan ……………………………………………………………..15

2.1.3.4 Komponen Kebudayaan ……………………………………………………….16

2.1.3.5 Akulturasi Budaya ………………………………………………………………..18

2.1.4 Hakikat Budaya Pop ……………………………………………………………………23

2.1.4.1 Pengertian Budaya Pop …………………………………………………………23

2.1.4.2 Budaya Pop Korea …………………………………………………………………25

2.1.4.3 Budaya Pop Korea di Indonesia …………………………………………….26

2.1.5 Hakikat Pakaian …………………………………………………………………………..28

2.1.5.1 Pengertian Pakaian ……………………………………………………………….28

2.1.5.2 Fungsi Pakaian ………………………………………………………………………29

2.2 Kerangka Berpikir. ……………………………………………………………..30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. …………………………………………….31

3.1 Tujuan Penelitian. ……………………………………………………………….31

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian. ……………………………………………….31

3.3 Metode Penelitian. ………………………………………………………………31

3.4 Fokus Penelitian. ……………………………………………………………….32

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian. …………………………………………….32

3.6 Instrumen Penelitian. ………………………………………………………….32

3.7 Langkah-Langkah Penelitian …………………………………………………………..33

BAB IV HASIL PENELITIAN.. ………………………………………………………35

4.1 Deskripsi dan Interpretasi Data. ……………………………………………..35

4.2 Keterbatasan Penelitian………………………………………………………. 45

BAB V PENUTUP. …………………………………………………………………….47

5.1 Kesimpulan. ……………………………………………………………………..47

5.2 Saran……………………………………………………………………………… 47

Daftar Pustaka. ………………………………………………………………………49

Lampiran…………………………………………………………………………….. 50

 

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Kebudayaan adalah hasil karya pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar dalam kehidupan kelompok. Unsur-unsur potensi budaya yang ada pada manusia, antara lain pikiran (cipta), rasa, dan kehendak (karsa). Kebudayaan bersifat dinamis dan selalu berubah seiring perkembangan zaman. Perubahan kebudayaan ini telah terjadi sejak zaman prasejarah, yaitu berubahnya pola hidup berburu dan meramu menjadi pola hidup bercocok tanam tingkat lanjut.

 

Perubahan kebudayaan tidak dapat di hindari karena hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Budaya asing dapat masuk ke Indonesia sewaktu-waktu sehingga membuat perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku, sampai pola hidup masyarakat.

 

Budaya asing yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan di Indonesia adalah budaya barat. Budaya barat yang masuk dapat melewati berbagai macam sektor termasuk dalam hal cara berpakaian. Saat ini budaya pakaian orang Indonesia, terutama di kalangan remaja, menjadi lebih terbuka. Bahkan, di kota-kota metropolitan seperti Jakarta, gaya berpakaian budaya barat sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari.

Budaya pop saat ini tak hanya didominasikan dengan budaya barat saja, Asia pun sudah menunjukkan taringnya sebagai negara pengekspor budaya pop. Selain negara Jepang dan Taiwan yang sudah mengekspor budaya pop, negara Korea sudah menunjukkan tekadnya sebagai negara pengekspor budaya pop yang disebarluaskan melalui tayangan hiburannya dan menjadi saingan berat negara Amerika dan Eropa. Hal ini juga sejalan dengan berkembangnya industri hiburan Korea.

Selama sepuluh tahun terakhir ini, demam budaya pop Korea atau yang biasa dikenal dengan Korean Wave atau Hallyu Wave ini telah melanda Indonesia. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh Piala Dunia Korea-Jepang pada tahun 2002 yang berakhir dngan masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia.

Budaya pop Korea mampu menjangkau berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Teknik pemasaran mereka dalam hal menyebarkan produk budaya Korea sangatlah cerdas. Mereka mengemas nilai-nilai Asia yang dipasarkan dengan gaya modern. Istilah ini mengacu pada cerita-cerita yang disuguhkan kepada penggemar dalam nuansa Asia, namun pemasarannya memakai cara internasional.

Globalisasi budaya pop Korea ini berhasil mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, hingga produk-produk industri tidak hanya mewabah di kawasan Asia saja tetapi sudah merambah ke kawasan Amerika dan Eropa. Di Indonesia, penyebab menyebarnya Hallyu Wave ini salah satunya adalah melalui serial drama. Sekitar tahun 2001, drama-drama Korea, seperti Winter Sonata, Stairway to Heaven, Endless Love, Hotelier, dan Beautiful Days merupakan tayangan televisi yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun televisi di Indonesia.

Dari drama yang pernah ditayangkan, para remaja akan tertarik dengan salah satunya adalah style atau fashion para pemain yang ada di drama tersebut. Kini para remaja lebih menyukai dengan gaya berpakaian ala Korea atau yang biasa disebut dengan K-Style. Mereka lebih menyukai gaya berpakaian tersebut karena menurut mereka style Korea dinilai lebih menarik, ceria, dan tidak membosankan. Apalagi saat ini banyak terdapat online shop pada jaringan sosial, seperti facebook, yang menjual berbagai macam pakaian dan aksesoris ala Korea. Dari situlah para remaja dapat lebih mudah mencari tahu pakaian Korea apa yang sedang menjadi trend di kalangan remaja dan jadi lebih mudah untuk membelinya hanya dengan meng-order barang yang di inginkan.

Tak dapat dipungkiri, budaya pop Korea memiliki efek domino bagi penikmatnya. Sekarang banyak dijumpai di kalangan remaja bahwa mereka sangat tertarik dengan budaya pop Korea. Mereka sampai melakukan imitasi terhadap budaya pop Korea tersebut, mulai dari model rambut, cara berpakaian, aksesoris, sampai pola hidup dan cara mereka berinteraksi dengan teman sebayanya. Banyak teman-teman remaja yang mengatakan kepada penulis bahwa mereka sangat menyukai budaya pop Korea seperti film Korea, Boyband Korea, sampai bintang top Korea. Salah satu alasannya adalah keindahan gaya atau style para pemain film dan boyband, keindahan penampilan dan fisiknya, serta alur cerita film Korea yang menarik.

Oleh karena itu, penulis akan menganalisis seberapa besar pengaruh budaya Korea terhadap kepribadian remaja.

  • Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang ingin dibahas dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :

  1. Apakah yang dimaksud dengan budaya pop Korea ?
  2. Bagaimanakah pengaruh budaya pop Korea terhadap gaya berpakaian remaja ?
  3. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh budaya pop Korea ?
  4. Apakah yang menarik dari gaya berpakaian Korea ?
    • Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka hal yang dapat dirumuskan adalah “Apa yang membuat remaja tertarik dengan budaya pop Korea ?”

 

  • Pembatasan Masalah

Karya tulis ini dibatasi pada “Pengaruh Budaya Pop Korea pada Drama Televisi dan Film Terhadap Mode Pakaian Remaja.”

 

  • Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk :

  1. Mengetahui pengaruh budaya pop Korea terhadap gaya berpakaian remaja.
  2. Mengetahui seberapa besar pengaruh budaya pop Korea terhadap pola perilaku remaja.
  3. Mengetahui perkembangan budaya pop Korea di kalangan remaja.
  4. Memberikan informasi kepada remaja mengenai dampak yang ditimbulkan oleh budaya pop Korea.

 

BERSAMBUNG…….