Nama : Annisa Damayanti Puspitasari
NPM : 21213127
Kelas : 4EB03
Mata Kuliah : Akuntansi Internasional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain disebut sebagai translasi.
Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variabel, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan denga perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu period eke periode lain sulit dilakukan.
Alasan untuk melakukan translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dankewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perusahaan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
- Apakah yang dimaksud dengan translasi mata uang asing ?
- Bagaimanakah dengan perkembangan akuntansi translasi ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari menganalisis masalah ini adalah untuk mengetahui tentang translasi mata uang asing dan bagaimana perkembangan dari akuntansi translasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Translasi Mata Uang Asing
Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Beberapa istilah dalam proses translasi diantaranya adalah sebagai berikut :
- Functional Currency, adalah nilai mata uang dari lingkungan di mana perusahaan beroperasi.
- Reporting Currency, adalah nilai mata uang yang digunakan perusahaan induk dalam menyiapkan laporan keuangannya.
- Foreign Currency, adalah nilai mata uang selain “reporting currency.”
- Local Currency, adalah nilai mata uang negara di mana perusahaan asing beroperasi. Local Currency merupakan “Foreign Currency” untuk perusahaan induk.
2.2 Alasan – Alasan Melakukan Translasi
Terdapat beberapa alasan translasi dilakukan, yaitu sebagai berikut :
- Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri.
- Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi.
- Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing.
- Translasi juga dapat digunakan untuk memberikan kemudahan bagi pembaca laporan keuangan, praktek ini sering disebut sebagai translasi kemudahan (confenience), seperti yang dilakukan oleh banyak perusahaan di Jepang.
- Nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan.
- Kurs nilai tukar variabel, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan.
- Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.
- Meluasnya peningkatan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di negara lain, yang timbul dengan tujuan untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri, melakukan akuisisi atau usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnya.
Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Berikut penjelasan dari masing – masing pasar.
- Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspetasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
- Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
- Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
2.3 Transaksi Mata Uang Asing
- Perspektif Transaksi Tunggal
Berdasarkan perspektif tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum diselesaikan) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa tunggal.
- Perspektif Dua Transaksi
Berdasarkan perspektif dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut. Dengan maksud mencapai keseragaman, FASB No. 52 mengharuskan penggunaan metode dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksu yang sudah selesai dan yang belum selesai dimasukkan dalam penentuan laba. Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :
- Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu, dan
- Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi (yaitu lindung nilai terhadap posisi aktiva / kewajiban bersih operasi luar negeri) dan komitman mata uang asing.
2.4 Metode Translasi Mata Uang Asing
Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan laporan keuangannya dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik. Metode translasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
- Metode Kurs Tunggal
Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi resiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuantungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.
- Metode Kurs Berganda
Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai kini dalam proses translasi. Metode ini terbagi atas empat metode, yaitu :
a. Metode Kini – Non Kini
Dalam metode ini, aktiva dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.
b. Metode Moneter – Non Moneter
Metode ini juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang dan persediaan investor ditranslasikan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini – nonkini.
Dalam metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi resiko mata uang asing karena pos-pos moneter akan diselesaikan dengan menggunakan uang tunai, penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan pos-pos ini menghasilkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang mencerminkan nilai realisasinya atau penyelesaiannya. Metode ini juga bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat.
c. Metode Temporal
Dengan metode ini, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.
Pos-pos moneter seperti kas, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan berdasarkan kurs kini (kurs berlaku pada tanggal neraca). Pos-pos pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan, dengan pendekatan hibrid yang terletak diantara keduanya.
d. Metode Current Rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba / rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasikan oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila aset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devaluasi akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
2.5 Keuntungan dan Kerugian Translasi
PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode transaksi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungnkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penagguhan hingga tidak ada penangguhan.
- Penangguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing.
Beberapa pihak berpendapat bahwa pengangguhan keuntungan atau kerugian translasi menutupi perilaku perubahan kurs nilai tukar, yaitu perubahan kurs merupakan fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan FAS No. 8 (par. 199), “Kurs nilai tukar berfluktuasi; akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil.”
- Penangguhan dan Amortisasi
Pendekatan ini dapat dikritik menurut dasar teori dan praktik. Sebagai contoh, teori keuangan menyatakan bahwa keputusan anggaran modal atas investasi aktiva tetap merupakan hal terpisah dari keputusan mengenai bagaimana mendanainya. Menghubungkan kedua jenis keputusan tersebut lebih terlihat sebagai alat untuk melakukan perataan laba. Biaya peminjaman domestik tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku bunga pasar atau nilai wajar hutang.
- Penangguhan Parsial
Pendekatan ini tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasi. Juga, sejumlah pihak mendukung penangguhan keuntungan translasi juga tidak dapat menentukan berapa banyak yang harus ditangguhkan. Pada masa lalu, perusahaan mengurangkan keuntungan periode berjalan dengan kerugian pada masa lalu dan menangguhkan selisihnya. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan dan kerugian translasi bukanlah pos-pos dalam satu periode saja dan sebaliknya akan “terhapuskan” dalam jangka panjang. Jika demikian, maka penangguhan akan menjadi suatu praktik yang dipertanyakan.
- Tidak Ditangguhkan
Untuk mengakui keuntungan dan kerugian transalasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Akan menyesatkan para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu memberikan informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.
2.6 Perkembangan Akuntansi Translasi
Praktik akuntansi translasi telah berkembang dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini perkembangan singkat mengenai pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.
1) Sebelum 1965
Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4 kemudian diperbaharui denga ARB No. 43 mendorong penggunaan metode kini – non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukkan ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disalinghapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
2) 1965 – 1975
Bab 12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini – non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Hutang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang hutang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh hutang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
3) 1975 – 1981
FASB mengeluarkan FAS No. 8 yang controversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS no. 8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS no. 8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.
4) 1981 – Hingga Kini
FASB mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement of Financial Accounting Standards No. 52 pada tahun 1981.
BAB III
KESIMPULAN
Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
Metode translasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu metode kurs tunggal dan metode kurs berganda. Terdapat empat metode dalam metode kurs berganda yang diantaranya metode kini-non kini, metode moneter-non moneter, metode temporal, dan metode current rate.
DAFTAR PUSTAKA
http://erisheryanto.blogspot.co.id/2013/05/translasi-mata-uang-asing.html