TRANSLASI MATA UANG ASING

Nama              : Annisa Damayanti Puspitasari

NPM                : 21213127

Kelas               : 4EB03

Mata Kuliah  : Akuntansi Internasional

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain disebut sebagai translasi.

Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variabel, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan denga perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu period eke periode lain sulit dilakukan.

Alasan untuk melakukan translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dankewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perusahaan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuran resiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

  1. Apakah yang dimaksud dengan translasi mata uang asing ?
  2. Bagaimanakah dengan perkembangan akuntansi translasi ?

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari menganalisis masalah ini adalah untuk mengetahui tentang translasi mata uang asing dan bagaimana perkembangan dari akuntansi translasi.

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Translasi Mata Uang Asing

Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Beberapa istilah dalam proses translasi diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Functional Currency, adalah nilai mata uang dari lingkungan di mana perusahaan beroperasi.
  2. Reporting Currency, adalah nilai mata uang yang digunakan perusahaan induk dalam menyiapkan laporan keuangannya.
  3. Foreign Currency, adalah nilai mata uang selain “reporting currency.”
  4. Local Currency, adalah nilai mata uang negara di mana perusahaan asing beroperasi. Local Currency merupakan “Foreign Currency” untuk perusahaan induk.

2.2 Alasan – Alasan Melakukan Translasi

Terdapat beberapa alasan translasi dilakukan, yaitu sebagai berikut :

  1. Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holistik atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri.
  2. Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi.
  3. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing.
  4. Translasi juga dapat digunakan untuk memberikan kemudahan bagi pembaca laporan keuangan, praktek ini sering disebut sebagai translasi kemudahan (confenience), seperti yang dilakukan oleh banyak perusahaan di Jepang.
  5. Nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan.
  6. Kurs nilai tukar variabel, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulit dilakukan.
  7. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.
  8. Meluasnya peningkatan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu perusahaan yang berdomisili di satu negara kepada pengguna di negara lain, yang timbul dengan tujuan untuk mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri, melakukan akuisisi atau usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnya.

Transaksi mata uang bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap. Berikut penjelasan dari masing – masing pasar.

  1. Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspetasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
  2. Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
  3. Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.

2.3 Transaksi Mata Uang Asing

  1. Perspektif Transaksi Tunggal

Berdasarkan perspektif tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik yang sudah diselesaikan maupun yang belum diselesaikan) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu peristiwa tunggal.

  1. Perspektif Dua Transaksi

Berdasarkan perspektif dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut. Dengan maksud mencapai keseragaman, FASB No. 52 mengharuskan penggunaan metode dua transaksi untuk mencatat transaksi dalam mata uang asing. Keuntungan dan kerugian dari transaksu yang sudah selesai dan yang belum selesai dimasukkan dalam penentuan laba. Pengecualian utama terhadap ketentuan ini terjadi apabila :

  1. Penyesuaian nilai tukar berkaitan dengan transaksi antar perusahaan jangka panjang tertentu, dan
  2. Transaksi tersebut dimaksudkan dan berfungsi efektif sebagai lindung nilai atas investasi (yaitu lindung nilai terhadap posisi aktiva / kewajiban bersih operasi luar negeri) dan komitman mata uang asing.

2.4 Metode Translasi Mata Uang Asing

Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan laporan keuangannya dalam mata uang asing menjadi mata uang domestik. Metode translasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

  1. Metode Kurs Tunggal

Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.

Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi resiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuantungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.

  1. Metode Kurs Berganda

Metode ini menggabungkan kurs nilai tukar historis dan kurs nilai kini dalam proses translasi. Metode ini terbagi atas empat metode, yaitu :

a. Metode Kini – Non Kini

Dalam metode ini, aktiva dan kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancar ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.

b. Metode Moneter – Non Moneter

Metode ini juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang dan persediaan investor ditranslasikan menggunakan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini – nonkini.

Dalam metode ini melihat bahwa aktiva dan kewajiban menghadapi resiko mata uang asing karena pos-pos moneter akan diselesaikan dengan menggunakan uang tunai, penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan pos-pos ini menghasilkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang mencerminkan nilai realisasinya atau penyelesaiannya. Metode ini juga bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat.

c. Metode Temporal

Dengan metode ini, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.

Pos-pos moneter seperti kas, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan berdasarkan kurs kini (kurs berlaku pada tanggal neraca). Pos-pos pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penangguhan hingga tidak ada penangguhan, dengan pendekatan hibrid yang terletak diantara keduanya.

d. Metode Current Rate

Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba / rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasikan oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila aset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devaluasi akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua aset dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.

2.5 Keuntungan dan Kerugian Translasi

PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun, jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode transaksi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode dengan memperhitungnkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Secara internasional, perlakuan akuntansi atas penyesuaian-penyesuaian tersebut juga berbeda seperti halnya prosedur translasi. Pendekatan-pendekatan atas penyesuaian translasi berkisar dari penagguhan hingga tidak ada penangguhan.

  • Penangguhan

Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing.

Beberapa pihak berpendapat bahwa pengangguhan keuntungan atau kerugian translasi menutupi perilaku perubahan kurs nilai tukar, yaitu perubahan kurs merupakan fakta historis dan para pengguna laporan keuangan terlayani dengan baik jika pengaruh fluktuasi kurs nilai tukar diperhitungkan pada periode saat terjadinya. Sesuai dengan FAS No. 8 (par. 199), “Kurs nilai tukar berfluktuasi; akuntansi harusnya tidak memberikan kesan bahwa kurs nilai tukar tetap stabil.”

  • Penangguhan dan Amortisasi

Pendekatan ini dapat dikritik menurut dasar teori dan praktik. Sebagai contoh, teori keuangan menyatakan bahwa keputusan anggaran modal atas investasi aktiva tetap merupakan hal terpisah dari keputusan mengenai bagaimana mendanainya. Menghubungkan kedua jenis keputusan tersebut lebih terlihat sebagai alat untuk melakukan perataan laba. Biaya peminjaman domestik tidak disesuaikan untuk mencerminkan perubahan dalam suku bunga pasar atau nilai wajar hutang.

  • Penangguhan Parsial

Pendekatan ini tidak memiliki kriteria eksplisit untuk menentukan kapan suatu keuntungan translasi direalisasi. Juga, sejumlah pihak mendukung penangguhan keuntungan translasi juga tidak dapat menentukan berapa banyak yang harus ditangguhkan. Pada masa lalu, perusahaan mengurangkan keuntungan periode berjalan dengan kerugian pada masa lalu dan menangguhkan selisihnya. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan dan kerugian translasi bukanlah pos-pos dalam satu periode saja dan sebaliknya akan “terhapuskan” dalam jangka panjang. Jika demikian, maka penangguhan akan menjadi suatu praktik yang dipertanyakan.

  • Tidak Ditangguhkan

Untuk mengakui keuntungan dan kerugian transalasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apapun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Akan menyesatkan para pembaca laporan keuangan, karena penyesuaian ini tidak selalu memberikan informasi yang sesuai dengan ekspektasi pengaruh ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas sebuah perusahaan.

2.6 Perkembangan Akuntansi Translasi

Praktik akuntansi translasi telah berkembang dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini perkembangan singkat mengenai pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.

1) Sebelum 1965

Accounting Research Bulletin (ARB) No. 4 kemudian diperbaharui denga ARB No. 43 mendorong penggunaan metode kini – non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukkan ke dalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disalinghapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.

2) 1965 – 1975

Bab 12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini – non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Hutang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang hutang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh hutang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.

3) 1975 – 1981

FASB mengeluarkan FAS No. 8 yang controversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.

Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS no. 8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS no. 8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.

4) 1981 – Hingga Kini

FASB mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement of Financial Accounting Standards No. 52 pada tahun 1981.

 

BAB III

KESIMPULAN

Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.

Metode translasi ini terdiri dari dua jenis, yaitu metode kurs tunggal dan metode kurs berganda. Terdapat empat metode dalam metode kurs berganda yang diantaranya metode kini-non kini, metode moneter-non moneter, metode temporal, dan metode current rate.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://erisheryanto.blogspot.co.id/2013/05/translasi-mata-uang-asing.html

http://modul.mercubuana.ac.id/

AKUNTANSI KOMPARATIF NEGARA JEPANG DAN CINA

Nama : Annisa Damayanti Puspitasari

NPM   : 21213127

Kelas  : 4EB03

BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi Komparatif adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antar negara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing, dan bidang akuntansi lainnya. Pengetahuan khusus tentang akuntansi dalam sebuah negara diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan negara tersebut.

Sekarang ini, akuntansi internasional menjadi semakin penting dengan banyaknya perusahaan multinasional (multinational corporation) atau MNC yang beroperasi di berbagai negara di bidang produksi, pengembangan produk, pemasaran dan distribusi. Di samping itu pasar modal juga tumbuh pesat yang ditunjang dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sehingga memungkinkan transaksi di pasar modal internasional berlangsung secara real time basis.

Aturan – Aturan Akuntansi

Terdapat tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang berskala internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi. Faktor-faktor tersebut antara lain :

  1. Sistem hukum,
  2. Sumber pendanaan,
  3. Sistem perpajakan,
  4. Profesi akuntan,
  5. Teori akuntansi, dan
  6. Accidents of History.

Klasifikasi Akuntansi Internasional dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :

1. Dengan Pertimbangan.

Klasifikasi dengan pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi dan pengalaman.

2. Secara Empiris.

Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistik untuk mengumpulkan data prinsip dan praktek akuntansi seluruh dunia.

Ada 8 (delapan) faktor yang mempengaruhi akuntansi internasional, yaitu :

1. Sumber Pendanaan

Di negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, akuntansi memiliki fokus atas seberapa baik manajemen menjalankan perusahaan (profitabilitas), dan dirancang untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan resiko terkait. Sebaliknya, dalam sistem berbasis kredit di mana bank merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki fokus atas perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif.

2. Sistem Hukum

Dunia barat memiliki dua orientasi dasar : hukum kode (sipil) dan hukum umum (kasus). Dalam negara-negara hukum kode, hukum merupakan satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan dan prosedur sehingga aturan akuntansi digabungkan dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus dalam kode yang lengkap.

3. Perpajakan

Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan standar karena perusahaan harus mencatat pendapatan dan beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya untuk keperluan pajak. Ketika akuntansi keuangan dan pajak tepisah, kadang-kadang aturan pajak mengharuskan penerapan prinsip akuntansi tertentu.

4. Ikatan Politik dan Ekonomi

5. Inflasi

Inflasi menyebabkan distorsi terhadap akuntansi biaya historis dan mempergaruhi kecenderungan (tendensi) suatu negara untuk menerapkan perubahan terhadap akun-akun perusahaan.

6. Tingkat Perkembangan Ekonomi

Faktor ini mempengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling utama.

7. Tingkat Pendidikan

Standar praktik akuntansi yang sangat rumit akan menjadi tidak berguna jika disalahartikan dan disalahgunakan. Pengungkapan mengenai resiko efek derivatif tidak akan informatif kecuali jika dibaca oleh pihak yang berkompeten.

8. Budaya

Empat dimensi budaya nasional, menurut Hofstede : individualisme, jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan maskulinitas.

Teori Keunggulan Komparatif (Theory of Comparative Advantage)

Theory of Comparative Advantage merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Menurutnya, perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya.

Dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

 

BAB II

PEMBAHASAN

Sistem Akuntansi Nasional Jepang

Pembukuan dan laporan keuangan Jepang menggambarkan adanya pencampuran dari pengaruh domestik dan internasional. Dua agensi pemerintahan yang terpisah memiliki tanggung jawab regulasi akuntansi dan terdapat pengaruh yang lebih jauh lagi dari undang-undang pajak penghasilan perusahaan Jepang. Hukum pajak penghasilan perusahaan di Jepang memiliki pengaruh lebih lanjut juga.

Pada paruh pertama abad ke-20, pemikiran akuntansi mencerminkan pengaruh Jerman; pada paruh kedua, ide-ide dari Amerika Serikat yang berpengaruh. Akhir-akhir ini, pengaruh Badan Standar Akuntansi Internasional mulai dirasakan dan pada tahun 2001 perubahan besar terjadi dengan pembentukan organisasi sektor swasta sebagai pembuat standar akuntansi. Perusahaan-perusahaan Jepang saling memiliki ekuitas saham satu sama lain dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industry yang meraksasa yang disebut sebagai keiretsu.

Modal usaha keiretsu ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1900-an. Krisis keuangan yang mengikuti pecahnya ekonomi gelembung Jepang juga mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh atas pelaporan keuangan Jepang. Jelas terlihat bahewa banyak praktik akuntansi menyembunyikan betapa buruknya perusahaan Jepang. Suatu perubahan besar dalam akuntansi diumumkan pada akhir tahun 1990-an untuk membuat kesehatan ekonomi perusahaan-perusahaan Jepang menjadi semakin transparan dan membawa Jepang lebih dekat dengan standar internasional.

Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi

Pemerintah nasional memiliki pengaruh paling signifikann terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang- undang : Hukum Komersial, Undang- undang Pasar Modal dan Undang- undang Pajak Penghasilan Perusahaan. Ketiga hukum tersebut berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Seseorang peneliti Jepang menyebut keadaan tersebut sebagai “Sistem Hukum segitiga”.
Hukum Komersial diatur oleh Kementrian Kehakiman (MOJ). Hukum tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan yang paling memiliki pengaruh besar. Seluruh perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk memenuhi provisi akuntansi, yang dimuat dalam “ aturan- aturan menyangkut neraca, laporan laba rugi , laporan usaha, dan skedul pendukung perusahaan dengan kewajiban terbatas. Perusahaan milik publik harus memenuhi ketentuan lebih lanjut dalam Undang- undang Pasar Modal (Securities and Exchange Law – SEL) yang diatur oleh Kementrian Keuangan. SEL dibuat berdasarkan Undang – undang Pasar Modal AS dan diberlakukan terhadap Jepang oleh Amerika Serikat selama masa pendudukan AS setelah Perang Dunia II. Tujuan utama SEL adalah untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan investasi.

Dewan Pertimbangan Akuntansi Usaha (Business Accounting Deliberation Council – BADC) merupakan lembaga penasehat khusus bagi Kementrian Keuangan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan standar akuntansi sesuai dengan SEL. BADC diangkat oleh Kementrian Keuangan dan bekerja paruh waktu. Mereka berasal dari kalangan akademis, pemerintahan, lingkaran bisnis serta anggota Institut Akuntan Publik bersertifikat di Jepang (Japan Institut Of Certified Accountants – JICPA). Anggota BADC memiliki latar belakang akuntansi, berbeda dengan latar belakang hukum untuk individu yang bekerja dalam masalah-masalah Hukum Komersial pada Kementrian kehakiman. BADC didukung oleh organisasi penelitian yang dikenal sebagai Institut Penelitian Keuangan Perusahaan (Corporate Finance Research Institute).

JICPA merupakan organisasi profesi CPA di Jepang. Seluruh CPA harus menjadi anggota JICPA. Selain menyediakan tuntunan dalam pelaksanaan suatu audit, JICPA menerbitkan tuntunan implementasi dalam masalah- masalah akuntansi dan melakukan konsultasi dengan BADC dalam mengembangkan standar akuntansi. Standar auditing yang diterima secara umum lebih disebarluaskan oleh BADC daripada oleh JICPA.

Laporan Keuangan

Perusahaan yang bergabung dibawah undang-undang perusahaan dibutuhkan untuk mempersiapkan laporan yang berwenang untuk disetujui pada saat rapat para pemegang saham, yaitu isinya antara lain:

  • Neraca
  • Laporan laba rugi
  • Laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham
  • Laporan bisnis
  • Jadwal terkait.

Catatan yang melengkapi neraca dan laporan laba rugi menggambarkan kebijakan akuntansi dan menyediakan tambahan lain, seperti pada negara-negara lain. Laporan bisnis berisikan ringkasan sistem bisnis dan pengendalian internal mereka, serta informasi mengenai operasional, posisi keuangan, dan hasil operasional. Beberapa jadwal pendukung juga dibutuhkan, tetapi terpisah dari catatan, yaitu:

  • Perubahan pada obligasi dan utang jangka pendek dan panjang,
  • Perubahan pada aktiva tetap dan akumulasi penyusutan,
  • Aset yang dijaminkan,
  • Jaminan hutang,
  • Perubahan pencadangan,
  • Jumlah dari dan untuk pemegang saham,
  • Kepemilikan ekuitas dalam anak perusahaan serta jumlah saham anak perusahaan,
  • Penerimaan dari anak perusahaan,
  • Transaksi dengan direktur, auditor berwenang, pemegang saham dan pihak ketiga yang menghasilkan konflik kepentingan,
  • Pembayaran gaji kepada direktur dan auditor berwenang.

Informasi tersebut disiapkan untuk satu tahun pada dasar induk perusahaan dan diaudit oleh auditor yang berwenang. Undang-undang perusahaan tidak membutuhkan laporan arus kas atau dana.

Perusahaan yang terdaftar juga harus mempersiapkan laporan keuangan berdasarkan undang-undang pertukaran dan sekuritas, yang secara umum membutuhkan dasar laporan yang sama seperti undang-undang peusahaan ditambah laporan arus kas dan dana. Perkiraan arus kas untuk enam bulan ke depan juga dimasukkan sebagai informasi tambahan dalam dokumen bersama FSA. Informasi perkiraan lainnya juga dilaporkan, seperti perkiraan investasi modal baru dan tingkat produksi serta aktivitas. Secara keseluruhan, jumlah laporan perkiraan perusahaan di Jepang cukup ekstensif. Bagaimanapun, informasi ini dilaporkan dalam dokumen berwenang dan jarang muncul pada laporan tahunan para pemegang saham.

Patokan Akuntansi  

Undang-undang perusahaan membutuhkan perusahaan besar untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan. Sebagai tambahan, perusahaan yang terdaftar harus mempersiapkan laporan keuangan gabungan di bawah undang-undang pertukaran sekuritas. Akun perusahaan pribadi merupakan dasar bagi laporan gabungan, dan prinsip akuntansi yang sama normalnya digunakan pada kedua tingkatan.

Hukum Komersial mewajibkan perusahaan- perusahaan besar untuk menyusun laporan konsolidasi. Selain itu, perusahaan yang mencatatkan saham harus menyusun laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan SEL. Kebanyakan prakrik akuntansi yang sebelumnya dijelaskan dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari Perubahan Besar dalam Akuntansi seperti yang disebutkan sebelumnya. Perubahan – perubahan terakhir ini meliputi :

  • Mengharuskan perusahaan yang mencatatkan sahamnya untuk membuat laporan arus kas;
  • Memperluas jumlah anak perusahaan yang dikonsolidasikan berdasarkan kendali yang dimiliki dan bukan persentase kepemilikan;
  • Memperluas jumlah perusahaan afiliasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas berdasarkan pengaruh signifikan dan bukan pada persentase kepemilikan;
  • Menilai investasi dalam surat berharga sebesar harga pasar dan bukan harga perolehan;
  • Provisi penuh atas kewajiban tangguhan; dan
  • Akrual penuh atas pension dan kewajiban pensiun lainnya. Akuntansi di Jepang sedang dibentuk ulang agar sesuai dengan IFRS

 

Sistem Akuntansi Nasional Cina

Cina memiliki seperempat popular dunia dan reformasi orientasi pasarnya membantu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Ekonomi Cina saat ini digambarkan sebagai ekonomi hybrid, dimana Negara mengontrol komoditas dan industri strategis, sementara industri lainnya, seperti perdagangan dan sektor swasta, ditumbuhkan dengan sistem yang berorientasi pada pasar.

Pada Akhir tahun 1970-an, para pemimpin Cina mulai untuk mengubah ekonomi mulai dari perencanaan pusat bergaya soviet menjadi lebih berorientasi pasar tetapi masih berada di bawah kendali partai komunis. Akuntansi di Cina memiliki sejarah yang panjang. Berfungsinya akuntansi dalam hal pertanggung jawaban dapat dilacak jauh ke belakang hingga tahun 2200 SM selama Dinasti Hsiu dan sejumlah dokumen menunjukkan bahwa akuntansi digunakan untuk mengukur kekayaaan dan membandingkan pencapaian di kalangan bangsawan dan Putri-Putri pada dinasti Xia (tahun 2000-1500 SM). Konfusius Muda (551-479 SM) dulunya pernah menjadi seorang manajer gudang dan tulisanya menebutkan bahwa pekerjaannya meliputi akuntansi yang seharusnya membuat catatan penerimaan dan pengeluaran setiap harinya. Diantara ajaran-ajaran Konfusius terdapat keharusan untuk memelihara sejarah dan catatan akuntansi dipandang sebagai bagiaian dari sejarah tersebut.

Karakteristik utama akuntansi di Cina saat ini berasal dari pendirian Republic Rakyat Cina pada tahun 1949. Cina menerapkan suatu perekonomian terencana yang sangat terpusat, yang mencerminkan prinsip-prinsip Marxisme dan pola-pola yang dianut Uni Soviet dimana Negara mengendalikan hak untuk menggunakan dan distribusi seluruh alat produksi dan memberlakukan perencanaan dan kendali yang kaku atas perekonomian.

Pelaporan Keuangan Cukup sering dilakukan dan lengkap. Ciri utamanya adalah orientasi mana jemen dana, yang mana dana diartikan sebagai properti, barang, dan material yang digunakan selama proses produksi. Perekonomian Cina saat ini paling tepat disebut sebagai perekonomian Hybrid (Campuran), dimana Negara mengendalikan komoditas dan industri yang strategis, sementara industri lain serta sektor komersial dan swasta, diatur oleh sistem yang berorientasi kepada pasar. Dengan adanya reformasi ekonomi dimana mencakup privatisasi, termasuk pengalihan perusahaan milik Negara menjadi perusahaan perseroan yang mengeluarkan saham, aturan akuntansi yang baru telah dikembangkan bagi perusahan-perusahaan yang baru diprivatisasikan dan perusahaan-perusahaan independen dengan kewajiban terbatas, serta badan usaha milik asing seperti perusahaan patungan.

Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi

Undang-undang akuntansi, terakhir kali diubah pada tahun 2000, mencakup semua perusahaan dan organisasi, termasuk semua yang tidak dipegang atau diatur oleh Negara. The State Council / Dewan Pemerintah juga mengeluarkan Aturan Pelaporan dan Akuntansi Keuangan Perusahaan.

Hukum akuntansi, yang diamandemenkan pada tahun 2000, mencakup seluruh perusahaan dan organisasi, termasuk yang tidak dimiliki dan tidak dikendalikan oleh Negara. Dewan Negara (satuan Eksekutif yang berhubungan dengan Kabinet) juga telah mengeluarkan aturan Pelaporan dan Akuntansi Keuangan bagi Perusahaan (Financial Accounting and Reporting Rules for Enterprises – FARR). FARR ini berfokus pada pencatatan buku, penyusunan laporan keuangan, pelaporan praktik, dan masalah-masalah akuntansi keuangan dan pelaporan lainnya. FARR berlaku untuk seluruh perusahaan selain perusahaan yang sangat kecil yang tidak memperoleh dana dari luar, Kementrian Keuangan, yang diawasi oleh Dewan Negara, merumuskan standar akuntansi dan auditing. Pada tahun 1992, Menteri Keuangan mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Perusahaan Bisnis (Accounting Standards For Busines Enterprises – ASBE). ASBE yang baru diterbitkan pada tahun 2001.

Komite Standar Akuntansi Cina (China Accounting Standards Committee – CASC) didirikan pada tahun 1998 sebagai badan berwenang dibawah kementrian keuangan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan standar akuntansi.

Sistem akuntansi di Cina untuk perusahaan bisnis :

  • Prinsip dasar : kelangsungan usaha, substansi mengungguli bentuk, konsistensi, ketepatan waktu, dapat dipahami dasar akrual, penyandingan, kehati-hatian, materialitas penurunan nilai.
  • Definisi Elemen : aktiva, kewajiban ekuitas pemilik, pendapatan, beban, dan laba.
  • Klasifikasi dan prinsip untuk pengakuan dan pengukuran : aktiva, kewajiban, atau ekuitas.
  • Prinsip untuk pengakuan pendapatan dan beban serta klasifikasinya.
  • Isi laporan keuangan dan akuntansi.

Pelaporan Keuangan

Periode pembukuan diminta sesuai dengan kalender tahunan. Laporan keuangan terdiri atas :

  • Neraca
  • Laporan laba rugi
  • Laporan arus kas
  • Laporan perubahan ekuitas
  • Catatan

Laporan tambahan dibutuhkan untuk pengungkapan penurunan nilai asset, perubahan pada struktur modal, apropriasi laba, dan bisnis, dan segmen geografis. Catatan mencakup sebuah laporan kebijakan akuntansi. Ketika diterapkan, mereka membahas masalah tersebut sebagai suatu kewajiban bersyarat, peristiwa setelah tanggal neraca, dan transaksi dengan pihak-pihak yang bersangkutan. Laporan keuangan harus digabungkan, bersifat perbandingan di Cina  dan diungkapkan dengan mata uang Cina, Renminbi. Laporan keuangan tahunan harus diaudit oleh CPA Cina. Perusahaan yang terdaftar harus menilai pengendalian internal mereka dan terlibat dengan auditor dari luar guna mengevaluasi pengendalian dan pendapat atas laporan penilaian diri. Neraca triwulan, laporan laba, dan catatan dibutuhkan untuk semua perusahaan yang terdaftar.

Patokan Akuntansi

Penggabungan usaha dicatat menggunakan metode pembelian. Goodwill adalah perbedaan antara biaya dan harga pasar asset dan kewajiban yang diakuisisi. Perbedaan ini diuji untuk tes penurunan tahunan. Metode ekuitas digunakan bagi investasi dalam rekanan, semua hal menyangkut dengan investee memiliki pengaruh yang signifikan. Metode ekuitas juga digunakan untuk menghitung usaha gabungan (joint ventures). Semua cabang tergabung dan di bawah kendali induk perusahaan. Laporan keuangan untuk cabang perusahaan di luar negeri dialihbahasakan berdasarkan lingkungan ekonomi utama di mana perusahaan ini beroperasi. Jika lingkungan lokal (luar negeri), neraca dialihbahasakan pada nilai tukar akhir tahun, laporan laba rugi dikonversikan pada nilai tukar rata-rata tahunan, dan konversi yang berbeda juga ditunjukkan pada ekuitas. Jika berada di lingkungan induk perusahaan, poin-poin moneter diterjemahkan pada nilai tukar akhir tahun, poin non-moneter diterjemahkan pada nilai tukar yang sesuai dengan tanggal transaksi, dan pendapatan serta beban diterjemahkan pada nilai tanggal transaksi (atau periode nilai rata-rata pasti). Perbedaan konversi juga terjadi pada laba.

 

BAB III

PENUTUP

Akuntansi Komparatif adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan prinsip akuntansi antar negara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing, dan bidang akuntansi lainnya.

Pemerintah nasional di Jepang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansinya. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang-undang, yaitu hukum komersial, undang-undang pasar modal, dan undang-undang pajak penghasilan perusahaan. Isi dari laporan keuangan untuk disetujui pada saat rapat para pemegang saham terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham, laporan bisnis, dan jadwal terkait.

Sistem akuntansi di Cina untuk perusahaan bisnis diantaranya terdapat prinsip dasar (kelangsungan usaha, substansi mengungguli bentuk, konsistensi, ketepatan waktu, dapat dipahami dasar akrual, penyandingan, kehati-hatian, dan materialitas penurunan nilai), definisi elemen (aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan, beban, dan laba), klasifikasi dan prinsip untuk pengakuan dan pengukuran (aktiva, kewajiban, atau ekuitas), prinsip untuk pengakuan pendapatan dan beban serta klasifikasinya, dan isi laporan keuangan dan akuntansi. Laporan keuangan di Cina terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 1 Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.

https://andinurhasanah.wordpress.com/2013/05/11/akuntansi-komparatif-amerika-dan-asia/

http://adhiesuseno.blogspot.co.id/2016/03/akuntansi-komparatif-amerika-asia.html